Sunday, April 22, 2018

180°

Aku tidak pernah menjalani hubungan yang awet ketika pacaran. Paling lama hanya sampai 7 bulan. Tapi kali ini... hubunganku dengan dia sedang menuju 2 tahun 3 bulan. Memang ini adalah hubungan terawet yang pernah aku jalani. Tentunya sudah bisa terbayang kan seberapa aku ingin terus bertahan dengannya?

Akhir-akhir ini ada yang tidak beres dengan perasaanku. Entah bagaimana aku harus menyimpulkannya. Aku terus dihantui oleh rasa marah, takut, bahkan sedih. Terkadang pandanganku kosong, lalu air mataku jatuh dengan tiba-tiba. Aneh. Memang aneh. Aku sendiri pun tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Aku memikirkan banyak hal, tentang keluarga, tentang pekerjaan, dan.... tentang dia, yang belum lama ini aku tuliskan sebuah postingan untuknya.
Tapi rasanya kali ini aku masih ingin mendedikasikan postingan ini untuknya.

Semakin lama menjalani hubungan, maka janganlah berharap bahwa hubungan tersebut akan semakin indah. Aku sedang mengalaminya. Coba bayangkan, aku tinggal 30km dari rumahnya, kami bekerja ditempat yang berbeda, kami bekerja dengan shift yang berbeda, dan hari libur kami pun berbeda. Kami dapat bertemu 2 bulan sekali, atau paling cepat 1 bulan sekali. Aku tahu sebagian dari kalian pasti berfikir "Apakah kau benar-benar kuat jika bertemu dengannya hanya sekali-dua kali?". Aku berbohong jika aku menjawab "Aku kuat". Sebetulnya aku tidak kuat, tapi aku percaya kami pasti akan bertemu lagi. Toh jika pacaran itu tidak harus ketemu melulu, kan?

Semenjak bekerja, kami jadi jarang mempunyai waktu untuk video call (karena hanya itu yang dapat mengobati perasaan rindu kami ketika kami tidak bisa bertemu). Ketika ia terlalu lelah, ia menolak panggilan video call ku. Lalu dengan berat hati aku menyuruhnya untuk tidur. Aku sempat kesal, karna saat itu aku amat sangat merindukannya, tapi bagaimana lagi, ia adalah seorang yang pekerja keras, aku tidak bisa menyuruhnya untuk jangan tidur dan mengangkat video call ku. Sejak saat itu juga ia jadi jarang merespon chat ku. Seperti ketika aku curhat panjang lebar, ia hanya menjawab dengan sticker. Aku sakit hati, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Dulu aku mempercayainya. Tapi tidak untuk sekarang. Aku tidak mempercayainya seperti saat aku percaya padanya ketika awal-awal kami pacaran. Aku sering menyakitinya, ia sering menyakitiku, mungkin karna itu rasa percayaku kepadanya berkurang. Kali ini aku lebih pasrah, aku menyerahkan semua kepada Allah SWT. Dengan raut wajah sedikit palsu, aku bertanya mengenai hal yang sebetulnya aku benci, lalu ia menjelaskannya, dan aku menjawabnya dengan respon palsu. Ya, antara aku percaya atau tidak, dan ujung-ujungnya aku menyerahkan semua ke Allah alias pasrah dengan keadaan.

Aku juga dihantui dengan ketidakyakinanku kepadanya. Dulu kami memiliki komitmen untuk melanjutkan ke jenjang yang serius, dengan catatan tidak terburu-buru dan saling menabung untuk masa depan kami kelak. Namun  ketika masalah tersebut datang.... rasa ketidakyakinanku pun datang. Aku tidak yakin apakah dia benar-benar ingin melanjutkan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius. Aku rasa ia masih labil. Hingga detik ini aku terus dihantui oleh perasaan tersebut.

180°.
Dia berbeda 180° dibandingkan dahulu.

Dia yang ku kenal adalah dia yang receh dan jayus diwaktu yang bersamaan, merespon segala omonganku (tidak seperti sekarang yang hanya mengirim sticker), terbuka dengan segala hal, perhatian, masih banyak lagi.
Dia yang sekarang adalah dia yang berlawanan dengan hal-hal tersebut.
Mungkin ia jarang meresponku karena dulu aku sering mendiamkannya gara-gara aku terlalu sibuk dengan boyband korea kesukaanku. Kali ini aku sadar, ia butuh perhatian. Sejak itu aku lebih sering menghubunginya. Aku harap ia tetap melakukan hal yang aku inginkan.

Seperti yang kubilang, aku dihantui dengan perasaan ketidakyakinan kepadanya. Aku tidak yakin apakah ia benar-benar jodohku atau bukan. Sahabat-sahabatku menganjurkanku untuk Shalat Istikharah. Aku sempat menjalankannya, tapi aku takut ketika aku mulai berdoa. Aku takut diberi petunjuk buruk tentangnya oleh Allah SWT. Aku takut ia bukan yang terbaik buatku. Aku sangat dekat dengan orangtua, kakak, dan keponakannya, keponakannya pernah nangis ketika aku pamit ingin pulang. Rasanya aku senang, karna itu tanda bahwa keponakannya ingin terus bermain bersamaku.

Aku merasakan bahwa saat ini kami sedang berada di titik jenuh, titik yang sangat aku takutkan. Aku tidak dapat menjelaskan banyak tentang hal ini karena aku sangat takut. Saat ini aku ingin memeluknya dengan erat, dan berkata "lihatlah aku seorang", atau "silahkan lirik yang lain, tetapi jangan gantikan posisiku dengan mereka".

Postingan ini sangat random. Aku akan menyimpulkannya..

Aku memang tidak mempercayaimu seutuhnya, tetapi aku masih sama, masih mencintaimu dan tidak akan menggantikan posisimu bahkan tidak menambah orang lain dihatiku. Aku harap kau juga melakukan hal yang sama.
Aku merindukan kita yang dulu. Lebih tepatnya kamu yang dulu, yang sama seperti awal-awal kita meresmikan status baru kita.
Aku takut Allah berkehendak lain dengan komitmen kita. Tapi tidak ada salahnya kan jika kita terus berdoa? Toh Qadha dan Qadhar itu ada.

No comments:

Post a Comment