Tuesday, November 27, 2018

Jangkar Sudah Terjatuh

Ada suatu hari dimana aku sedang terdiam lalu dengan spontan aku berfikir...
"Aku ingin memilikinya untuk selamanya".

Aku kembali mengingat momen-momenku dengannya yang sebelumnya pernah aku bayangkan dengan Mas Ode. Jujur aku akui, banyak khayalanku tentang Mas Ode yang menjadi kenyataan. Aku rasa aku harus menceritakan khayalan tersebut, karena aku merasa menjadi seseorang yang sangat beruntung memiliki Mas Ode versi dunia nyata ini.

Pertama, Mas Ode selalu memotretku dengan cara "candid". Sama halnya yang dilakukan oleh 'dia', dia lebih suka memotretku dengan cara tersebut. "Kau terlihat lebih natural dengan candid", katanya.
Dan aku menyukai semua hasil foto candidnya. Termasuk foto ini.


Kedua, Mas Ode selalu mengajakku untuk menonton acara musik yang dihadiri oleh Maliq & D'Essentials. 'Dia' juga pernah mengajakku untuk melihat performance dari Maliq & D'Essentials di salah satu acara kesenian di Jakarta. Kebetulan kami sama-sama menyukai Maliq & D'Essentials. Aku merekam momen-momen kami saat itu, dan aku tidak menyangka, dulu aku membayangkan Mas Ode memelukku saat Maliq & D'Essentials menyanyikan lagu Himalaya, lalu 'dia' juga melakukan hal yang sama tanpa aku berikan kode. Aku menjadi semakin yakin bahwa 'dia' adalah Mas Ode yang selama ini aku cari.

Ketiga,

Tuesday, October 30, 2018

Selamat Datang di Dunia Nyata, Mas Ode.

Hai. Aku kembali lagi. Bukan dengan kesedihan, tapi dengan senyuman baruku.

Langsung saja, aku akan menceritakan sebuah cerita berjudul "Mas Ode".


Mas Ode adalah sebuah karakter fiksi buatanku dan temanku dari Bandung, namanya Hana. Karakter ini dibentuk sejak tahun 2014.
Berikut adalah wajah dari Mas Ode.


Mas Ode adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ya, dia adalah anak bungsu. Ayahnya asli Purwokerto, sedangkan ibunya asli Semarang. Jadi Mas Ode merupakan seorang laki-laki keturunan Jawa. Mas Ode kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Fakultas Teknik, jurusan Teknik Nuklir. Tidak heran mengapa ia sangat fasih berbicara menggunakan bahasa Jawa.
Dimata orang-orang sekitarnya, Mas Ode itu baik, tampan, keren, tetapi memiliki selera humor yang rendah alias receh. Ia hobi fotografi. Baginya, fotografi adalah obat dikala sedih maupun marah. Objek foto favoritnya adalah pemandangan alam dan suasana di jalanan. Saat ia duduk di bangku SMA, ia menyisihkan uang jajannya untuk membeli kamera DSLR yang ia incar. Usaha tidak mengkhianati hasil, kelas 3 SMA ia pun dapat membeli kamera yang ia inginkan beserta lensa fix. Ia selalu memakai kameranya untuk mengabadikan momen-momen ketika ia resmi menjadi Mahasiswa di Yogyakarta.
Ia memiliki selera musik yang dibilang cukup bagus. Band favoritnya adalah Arctic Monkeys, Tame Impala, Coldplay, dan masih banyak lagi. Ia juga menyukai band lokal yang beberapa diantaranya adalah Maliq & D'Essentials dan Naif. Genre musik favoritnya selain pop adalah musik yang chill. Entah itu genre atau bukan, Mas Ode sangat suka lagu-lagu yang chill.
Selain bahasa Jawa, Mas Ode juga fasih berbicara dengan bahasa Inggris. Ketika ia bertemu dengan bule, ia akan mengajak mereka berbicara seperti ia sudah kenal sangat lama dengan si bule.
Mas Ode merupakan orang yang bukan introvert. Ia mudah berbaur dengan siapapun, bahkan saat kuliah ia menjadi senior yang banyak disukai oleh juniornya.
Dan yang sangat aku suka dari Mas Ode adalah..... Mas Ode sangat mencintai Yogyakarta. Hari pertama ia menginjakkan kaki di Yogyakarta, ia langsung mencintai kota tersebut. Baginya, Yogyakarta itu seperti rumah. Yogyakarta itu kota yang memiliki daya tarik yang khas, sehingga banyak orang yang rindu dengan kota tersebut. Tidak heran mengapa Yogyakarta disebut sebagai Daerah Istimewa. Ia tinggal di Yogyakarta selama 4 tahun, tidak heran kan jika kalian membayangkan seberat apa Mas Ode meninggalkan Yogyakarta? Sangat berat baginya, mengingat Yogyakarta adalah rumah keduanya.
Oh ya, Mas Ode memiliki kekasih. Ia memanggilnya dengan sebutan Cah Ayu. Cah Ayu memiliki sifat yang sama seperti Mas Ode, namun Cah Ayu adalah versi manja dari Mas Ode. Cah Ayu sangat manja, ia akan clingy  ketika ia bertemu dengan Mas Ode. Mas Ode sangat menyukai perempuan yang manja.
Cah Ayu juga menyukai Maliq & D'Essentials. Jika Mas Ode pulang ke Jakarta, Mas Ode pasti akan mengajak Cah Ayu untuk menonton suatu acara yang dibintangi oleh Maliq & D'Essentials.
Sejak mengenali Cah Ayu, objek foto favorit Mas Ode menjadi 3: pemandangan alam, suasana di jalanan, dan Cah Ayu. Romantis bukan? Bagiku ini cukup romantis. Aku sangat menyukai karakter Mas Ode yang kubuat.


Itulah ceritaku tentang Mas Ode. Mungkin dunia akan menjadi sangat indah jika aku menemui seseorang seperti Mas Ode ini. Karakter ini dibuat ketika aku masih menjadi seorang jomblo. Aku terus berkhayal jika suatu saat nanti Mas Ode benar-benar ada di dunia nyata. Sampai akhirnya aku mempunyai seorang kekasih yang sekarang sudah menjadi mantan. Wajahnya cukup mirip dengan Mas Ode ketika Mas Ode menggunakan kacamata. Ya, karena mantan kekasihku berkacamata. Sifatnya? Sangat berbanding terbalik dengan Mas Ode. Intinya ia bukanlah Mas Ode yang aku cari.
Sampai akhirnya........ aku benar-benar menemukan Mas Ode yang hobinya fotografi, memiliki selera musik yang bagus, dan sangat mencintai Yogyakarta. Sosok yang sama persis dengan Mas Ode yang aku bayangkan selama ini. Aku tidak memperdulikan jika wajahnya tidak mirip dengan Mas Ode, yang penting aku sangat menyukai sifatnya. 
Objek foto favoritnya adalah street photography. Tapi ia menambahkan objek foto favoritnya yang baru. 
Yaitu.... aku.



Kami sama-sama sudah lelah bermain-main dengan hubungan. Lagipula.... Umur kami memang sudah tidak muda lagi. 
Dahulu aku pernah berjanji kepada diriku sendiri, jika aku menemukan laki-laki seperti Mas Ode, aku tidak akan menyia-nyiakannya dan aku ingin menjadikannya sebagai yang terakhir dihidupku. Dan mungkin... keberuntungan datang kepadaku, ia mengajakku untung menjalani hubungan yang lebih serius.
Jika kau melihat tulisan ini, bukan kau yang beruntung memilikiku, akulah yang beruntung memilikimu. Bagaimana tidak, aku mengidamkan sosok laki-laki seperti Mas Ode sejak 2014 dan aku baru menemukannya di tahun 2018. Jadi, yang beruntung adalah aku.

Terima kasih telah memilihku sebagai 'Cah Ayu'mu.
Dan selamat datang di dunia nyata, Mas Ode. Mari kita memulai perjalanan kita.

Sunday, August 26, 2018

Sebut Saja Kita Yang Pernah Ada

Ada beberapa tipe wanita ketika mereka sedang bingung dengan masalah yang mereka miliki.
Tentunya yang aku bahas kali ini adalah masalah cinta.

Tipe pertama : Meninggalkan.
Mereka cenderung meninggalkan pasangannya ketika pasangannya berbuat kesalahan baik kecil maupun fatal. Mereka memiliki pola fikir "lelaki bukan dia saja, masih banyak lelaki yang lebih baik dari dia".

Tipe kedua : Mempertahankan hubungan dengan memperbaiki.
Mereka cenderung memaafkan dan memberi kesempatan bagi pasangannya untuk berubah. Mereka memiliki pola fikir "aku percaya ia akan berubah menjadi yang lebih baik".

Tipe ketiga : Mempertahankan sampai kesabarannya sudah habis.
Mereka cenderung mempertahankan di awal, mempercayai pasangannya bahwa pasangannya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, namun ketika pasangannya kerap mengulangi kesalahan yang sama, mereka akan meninggalkan pasangannya tersebut. Pada tipe ini, mereka memiliki pola fikir "untuk apa aku mempertahankan orang yang salah?".

Tipe keempat : Cuek.
Mereka tidak memperdulikan kesalahan yang dilakukan oleh pasangannya. Atau tepatnya 'pasrah'.  Mereka memiliki pola fikir "ya, teruslah sakiti perasaanku. Percayalah bahwa hukum karma pasti berlaku".


Aku berada di tipe ketiga. Ya, aku memang sabar, tetapi itu dulu. Aku mempercayainya bahwa ia akan berubah menjadi lebih baik, namun aku salah, ia kerap berbuat kesalahan yang sama. Kesalahannya adalah sesuatu yang sangat aku benci. Aku tidak perlu menjelaskan hal tersebut disini.
Aku sudah tidak bersamanya lagi. Kami sepakat untuk berteman baik. Kami tidak ingin memiliki hubungan yang kurang baik, seperti hubungan kami dengan mantan kami masing-masing.
Memang tidak mudah melupakannya. Jujur, sampai detik ini aku masih memikirkan dia, padahal aku yang pertama mengambil keputusan untuk berteman. 2,5 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Kami mengetahui kejelekan masing-masing, kami memiliki beberapa kesamaan yang melengkapi kami, ah... dulu memang indah. Jika saja di dunia ini tidak ada rasa bosan, mungkin aku dan dia dapat melanjutkan hubungan yang lebih lama lagi.

Terlalu banyak kenangan yang aku dan dia miliki. Kemanapun aku pergi ke tempat yang sering aku kunjungi dengannya, aku teringat dia, meskipun hanya sekilas. Terutama tempat yang menjadi tempat kencan pertama dan terakhir kami. Hanya kami yang mengetahui tempat tersebut. Terkadang aku rindu, aku selalu berfikir "mengapa aku harus mengakhirinya?". Sungguh hal tersebut datang tiba-tiba dipikiranku. Tapi aku lelah, ia kerap mengulangi kesalahan yang sama, walaupun sepele. Sepele tapi aku sangat membenci kesalahan tersebut. Sungguh rumit.

"Sebut saja kita yang pernah ada".
Sebuah potongan lirik dari lagu yang berjudul Ombak Utara. Dulu lagu yang menjadi favorit kami adalah Himalaya. Sekarang tidak untukku, lagu favoritku berubah menjadi Ombak Utara. Lagu yang mendeskripsikan aku saat ini. Memang sedih, tapi aku bisa apa? Nampaknya kau berteman dengan wanita lain, bahkan kau lebih akrab dengannya. Aku cemburu? Ya, tetapi aku tidak punya hak apapun. Aku hanyalah masa lalumu.

Aku terfikir untuk memberimu kesempatan lagi. Barangkali kau akan berubah seutuhnya.
Tetapi aku takut. Pernahkah kau membaca buku yang sama berulang kali? Sama seperti mantan kekasihmu yang mengajakmu mengulang kembali hubungan kalian seperti dulu, padahal kau sudah tahu akhir dari cerita dalam buku tersebut, seperti kau mengetahui akhir dari cerita hubungan kalian.

Jika waktu dapat diulang, aku ingin mengulang ke masa dimana aku dan kau tidak dipertemukan, hanya sekedar senior-junior kampus yang tidak saling mengenali, yang hanya berpapasan tanpa berbicara sepatah katapun. Karena mengenalimu adalah hal yang menyakitkan. Ya, kita dipertemukan lalu kita dipisahkan. Menyakitkan, kan?

Aku harap kau bahagia, entah dengan siapapun itu. Terima kasih telah menyempatkan diri untuk menjadi bagian dari hidupku. Kekuranganku sangat banyak, aku minta maaf.

Monday, May 21, 2018

"You don't deserve to be hurted", they said.

It's been a month since our relationship is in trouble. Dalam hubungan yang telah dijalani cukup lama, pasti identik dengan hal ini. Apalagi kalau bukan Jenuh. Beberapa temanku yang telah mendengarkan ceritaku pun berkata, "Amel, kau terlalu baik. Kau tidak pantas untuk disakiti seperti itu".

Jadi, beberapa saat yang lalu kami terlibat pertengkaran yang cukup parah. Masalah ini tak kunjung selesai hingga sekarang. Meskipun ia telah meminta maaf kepadaku dan ia ingin mengulang kembali ke masa-masa dimana kami memulai semuanya dari awal, namun masalah ini terus menghantuiku.

Aku terlalu pusing untuk merangkai kata-kata. Maka aku akan membuat pertanyaan sekaligus jawaban yang mewakili perasaanku saat ini.

"Bagaimana jika aku mengulangi kesalahan ini untuk yang kedua kalinya?".
1. Jika kau mengulangi hal yang sama, maka kau tidak menyayangi dirimu sendiri. Dan tentunya kau tidak menyayangi diriku. Kau terlalu mementingkan egomu.
2. Jika kau mengulangi hal yang sama, maka bersiaplah dengan karma. Entah hal itu akan datang ketika kau bersama perempuan lain, ataupun denganku.
3. Jika kau mencintaiku, maka hal seperti ini tidak akan ada dipikiranmu.
4. Jika aku menjadi dirimu dan aku masih mengulangi hal yang sama, aku akan mengingatmu. Bukan karena titlemu sebagai pacarku, tetapi aku akan mengingat perjuanganku dimana aku mendekatimu, yang tadinya kau risih denganku lalu lama kelamaan kau mempunyai perasaan yang sama denganku.
5. Ingatlah, jika kau masih menyakiti pasanganmu, maka sama saja kau telah menyakiti ibumu.

"Mengapa kau mau memaafkanku?".
Aku lebih memilih untuk memperbaiki dirimu daripada memulai hal-hal baru dengan orang lain. Karena belum tentu orang lain akan menerimaku apa adanya, seperti yang kau lakukan kepadaku. Meskipun kau brengsek.

"Aku aneh. Aku tidak seperti lelaki lainnya".
Kita sudah 2 tahun bersama. Kau masih berkata seperti itu? Hei, aku juga aneh. Kau sudah tahu sejak dulu aku sering menangisi artis korea yang aku suka, padahal aku menangisi mereka karena mereka terlalu tampan. Dengan keanehan yang kita miliki maka aku merasa bahwa kita saling melengkapi. Meskipun aku memiliki kekurangan yang juga aneh.

"Bagaimana jika aku masih memikirkan dia?".
Jika aku menjadi dirimu, aku akan menghapus semua contact dan media sosialnya. Itu cukup membantu. Jika aku sudah melakukan hal tersebut namun aku masih menemui dia karena aku berada ditempat yang sama dengannya, maka aku akan melakukan hal apapun untuk membencinya.

"Maafkan aku".
Kau memperjuangkan orang yang salah, padahal kau masih denganku. Kau terlalu mementingkan egomu, sehingga kau tidak sadar bahwa kau sudah menyakitiku. Kau tahu? Aku sebenarnya lelah untuk melanjutkan hubungan ini. Aku menceritakan hal ini kepada orang-orang yang aku percaya. Mereka memberikanku nasihat yang sedikit menjatuhkanmu, mereka juga menyuruhku untuk mengakhiri hubungan kita. Tapi aku tidak mendengarkan apa kata mereka. Mengapa? Aku belajar sabar dari ibuku. Ibuku pernah mengalami hal yang sama, dan ia terus bersabar. Maka dari itu aku mencontoh kesabarannya. Ibuku juga mengajarkanku untuk memaafkan kesalahan orang yang disayangi. Jadi kau sudah paham kan kenapa aku memaafkanmu walaupun kesalahan yang kau lakukan itu sangatlah besar?
Aku memaafkanmu. Namun ingatlah, jika kau terus mementingkan egomu, kau tidak akan pernah puas, kau tidak akan pernah bersyukur dengan apa yang telah kau miliki. Jika egomu terpenuhi dan kau meninggalkanku, maka ingatlah kesenanganmu tidak akan bertahan lama. Ingatlah bahwa Allah itu maha adil. Allah akan memberikan balasan yang setimpal kepadamu.


Sebuah flashback yang harus kau ingat kembali.

Ingatkah kau ketika kau mendekatiku saat aku sedang dekat dengan laki-laki lain? Saat itu aku memilih dia, tetapi aku sadar bahwa ia tidak baik untukku, maka dari itu aku mencari tahu tentangmu, hal-hal yang kau sukai, sifatmu, masa lalumu, dan kita cukup memiliki kesamaan. Maka dari itu aku yakin untuk menerima cintamu.

Ingatkah kau ketika kau mengajakku jalan-jalan dengan transportasi umum? Apakah aku menolaknya? Tidak. Coba kau pikir jika kau mengajak jalan perempuan lain dengan transportasi umum? Belum tentu mereka mau.

Ingatkah kau ketika kau menceritakan masalah keluargamu? Apakah reaksiku saat itu aneh? Tidak. Aku tetap menerimamu. Karna aku sendiri juga memiliki masalah keluarga. Semua orang pasti memiliki masalah.

Ingatkah kau yang dulu pernah berjuang kepadaku? Selain mendapatkan hatiku, kau juga pernah berjuang. Dan hal inilah yang paling membuatku yakin kepadamu. Kau menemaniku ketika aku di opname. Padahal ada ayahku yang menemaniku saat itu, aku menyuruh kau pulang, namun kau tidak mau, kau ingin menemaniku, kau ingin menginap disana, bahkan kau rela tidur dilantai hanya dengan satu buah bantal. Ketika kau sakit, aku datang dari bekasi ke rumahmu di depok, membawakan bubur yang sudah dingin karena perjalanan yang jauh.

Ingatkah kau yang telah menemaniku dari aku menyusun Karya Tulis Akhir hingga aku wisuda? Aku menuliskan namamu pada kata pengantar Karya Tulis Akhirku. Apakah kau juga ingat bahwa aku telah menemanimu membuat Karya Tulis Akhir dan kau juga mencantumkan namaku di Karya Tulis Akhirmu? Kami saling membantu untuk menyelesaikan Tugas Akhir masing-masing.

Banyak kekuranganku yang belum bisa aku tutupi, maafkan aku. Jangan tanya apakah aku memaafkanmu atau tidak. Aku memaafkanmu, tetapi apa yang kau lakukan kepadaku masih sulit aku lupakan.
Aku berharap kau akan sadar, dan kau menyesali perbuatanmu. Aku tidak kemana-mana, aku masih disini, menunggu dirimu yang dulu kembali.

Sunday, April 22, 2018

180°

Aku tidak pernah menjalani hubungan yang awet ketika pacaran. Paling lama hanya sampai 7 bulan. Tapi kali ini... hubunganku dengan dia sedang menuju 2 tahun 3 bulan. Memang ini adalah hubungan terawet yang pernah aku jalani. Tentunya sudah bisa terbayang kan seberapa aku ingin terus bertahan dengannya?

Akhir-akhir ini ada yang tidak beres dengan perasaanku. Entah bagaimana aku harus menyimpulkannya. Aku terus dihantui oleh rasa marah, takut, bahkan sedih. Terkadang pandanganku kosong, lalu air mataku jatuh dengan tiba-tiba. Aneh. Memang aneh. Aku sendiri pun tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Aku memikirkan banyak hal, tentang keluarga, tentang pekerjaan, dan.... tentang dia, yang belum lama ini aku tuliskan sebuah postingan untuknya.
Tapi rasanya kali ini aku masih ingin mendedikasikan postingan ini untuknya.

Semakin lama menjalani hubungan, maka janganlah berharap bahwa hubungan tersebut akan semakin indah. Aku sedang mengalaminya. Coba bayangkan, aku tinggal 30km dari rumahnya, kami bekerja ditempat yang berbeda, kami bekerja dengan shift yang berbeda, dan hari libur kami pun berbeda. Kami dapat bertemu 2 bulan sekali, atau paling cepat 1 bulan sekali. Aku tahu sebagian dari kalian pasti berfikir "Apakah kau benar-benar kuat jika bertemu dengannya hanya sekali-dua kali?". Aku berbohong jika aku menjawab "Aku kuat". Sebetulnya aku tidak kuat, tapi aku percaya kami pasti akan bertemu lagi. Toh jika pacaran itu tidak harus ketemu melulu, kan?

Semenjak bekerja, kami jadi jarang mempunyai waktu untuk video call (karena hanya itu yang dapat mengobati perasaan rindu kami ketika kami tidak bisa bertemu). Ketika ia terlalu lelah, ia menolak panggilan video call ku. Lalu dengan berat hati aku menyuruhnya untuk tidur. Aku sempat kesal, karna saat itu aku amat sangat merindukannya, tapi bagaimana lagi, ia adalah seorang yang pekerja keras, aku tidak bisa menyuruhnya untuk jangan tidur dan mengangkat video call ku. Sejak saat itu juga ia jadi jarang merespon chat ku. Seperti ketika aku curhat panjang lebar, ia hanya menjawab dengan sticker. Aku sakit hati, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Dulu aku mempercayainya. Tapi tidak untuk sekarang. Aku tidak mempercayainya seperti saat aku percaya padanya ketika awal-awal kami pacaran. Aku sering menyakitinya, ia sering menyakitiku, mungkin karna itu rasa percayaku kepadanya berkurang. Kali ini aku lebih pasrah, aku menyerahkan semua kepada Allah SWT. Dengan raut wajah sedikit palsu, aku bertanya mengenai hal yang sebetulnya aku benci, lalu ia menjelaskannya, dan aku menjawabnya dengan respon palsu. Ya, antara aku percaya atau tidak, dan ujung-ujungnya aku menyerahkan semua ke Allah alias pasrah dengan keadaan.

Aku juga dihantui dengan ketidakyakinanku kepadanya. Dulu kami memiliki komitmen untuk melanjutkan ke jenjang yang serius, dengan catatan tidak terburu-buru dan saling menabung untuk masa depan kami kelak. Namun  ketika masalah tersebut datang.... rasa ketidakyakinanku pun datang. Aku tidak yakin apakah dia benar-benar ingin melanjutkan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius. Aku rasa ia masih labil. Hingga detik ini aku terus dihantui oleh perasaan tersebut.

180°.
Dia berbeda 180° dibandingkan dahulu.

Dia yang ku kenal adalah dia yang receh dan jayus diwaktu yang bersamaan, merespon segala omonganku (tidak seperti sekarang yang hanya mengirim sticker), terbuka dengan segala hal, perhatian, masih banyak lagi.
Dia yang sekarang adalah dia yang berlawanan dengan hal-hal tersebut.
Mungkin ia jarang meresponku karena dulu aku sering mendiamkannya gara-gara aku terlalu sibuk dengan boyband korea kesukaanku. Kali ini aku sadar, ia butuh perhatian. Sejak itu aku lebih sering menghubunginya. Aku harap ia tetap melakukan hal yang aku inginkan.

Seperti yang kubilang, aku dihantui dengan perasaan ketidakyakinan kepadanya. Aku tidak yakin apakah ia benar-benar jodohku atau bukan. Sahabat-sahabatku menganjurkanku untuk Shalat Istikharah. Aku sempat menjalankannya, tapi aku takut ketika aku mulai berdoa. Aku takut diberi petunjuk buruk tentangnya oleh Allah SWT. Aku takut ia bukan yang terbaik buatku. Aku sangat dekat dengan orangtua, kakak, dan keponakannya, keponakannya pernah nangis ketika aku pamit ingin pulang. Rasanya aku senang, karna itu tanda bahwa keponakannya ingin terus bermain bersamaku.

Aku merasakan bahwa saat ini kami sedang berada di titik jenuh, titik yang sangat aku takutkan. Aku tidak dapat menjelaskan banyak tentang hal ini karena aku sangat takut. Saat ini aku ingin memeluknya dengan erat, dan berkata "lihatlah aku seorang", atau "silahkan lirik yang lain, tetapi jangan gantikan posisiku dengan mereka".

Postingan ini sangat random. Aku akan menyimpulkannya..

Aku memang tidak mempercayaimu seutuhnya, tetapi aku masih sama, masih mencintaimu dan tidak akan menggantikan posisimu bahkan tidak menambah orang lain dihatiku. Aku harap kau juga melakukan hal yang sama.
Aku merindukan kita yang dulu. Lebih tepatnya kamu yang dulu, yang sama seperti awal-awal kita meresmikan status baru kita.
Aku takut Allah berkehendak lain dengan komitmen kita. Tapi tidak ada salahnya kan jika kita terus berdoa? Toh Qadha dan Qadhar itu ada.